mungkin benar kata orang-orang aku hanya barang pecah belah.
ketika pecah, semua indra di wajahku terpisah-pisah.
mata, hidung, telinga, mulut, dan segala kulitnya.
manusia tidak tau, bahwa mungkin yg mereka satukan adalah berbagai indraku.
sekarang aku di dalam boks,
setelah berkali-kali aku menjadi gelas, kali ini aku menjadi sebuah mangkuk besar.
mangkuk koktail kata mereka.
aku dirakit lengkap, manusia tampak menyadari, bahwa aku hanya butuh semua indraku sesuai dgn jumlahnya.
aku dibawa kepada sebuah toko,
toko yang manis menurutku.
pemiliknya berkata,
-oh, ini yang aku butuhkan untuk menutupi segalanya. menutupi segala hutangku.
aku di bawa ke dalam toko.
toko ini wangi, sangat wangi.
aku dikeluarkan dari dalam boks itu, mata ku tertuju kesegala penjuru.
semua barang pecah belah tersenyum, memberikan salam kepadaku.
kupikir, aku akan bahagia.
tiba-tiba seseorang masuk ke dalam toko.
seorang bapak berbadan tambun, tampaknya ia sangat kaya raya.
dia menoleh padaku, aku berharap, jangan kau ambil aku.
BELUM WAKTUNYA, dan dia pun melewatiku.
tampak seorang gadis muda bersama teman prianya.
tatapan mereka bahagia sekali, tampak damai.
aku melihat mereka dan berkata, andai aku bukan barang pecah-belah.
tiba-tiba kudengan seseorang berteriak dimeja kasir.
seorang pria muda berteriak kepada pemilik toko,
-cepat kau jual mangkuk itu, beserta semua gelas koktailnya. itu akan menutup hutangmu.
lalu membanting pintu toko kecil itu.
sang pemilik toko menatapku dan berkata,
-bagaimana aku menjualmu? hargamu terlalu mahal.
lalu dia pergi. aku kasihan padanya.
tapi, aku hanya barang pecah-belah, apa yang bisa kuperbuat untuk manusia?
setelah berbulan-bulan,
sepasang pria dan wanita masuk ke toko itu dan menatapku lalu berkata,
-ini cukup, kurasa. kata wanita itu, tapi harganya? sahut pria itu.
-bisa. kita bisa beli.
mereka membeliku, aku berpisah dengan semua teman-temanku.
sedih rasanya, tapi begitu aku teringat kata-kata orang pada saat hari pertama aku di sini.
aku lega. bapak itu tidak akan kehilangan tokonya.
toko satu-satunya.
malam itu aku digunakan, tampaknya mereka berdua pengantin baru.
teman-teman semasa sekolah mereka datang dan memberi selamat kepada mereka.
ini untungnya jadi barang pecah-belah.
dapat mendengar, tetapi tidak dapat berbicara.
setelah bertahun-tahun aku menjadi saksi mati hidup mereka.
mereka memiliki dua anak, mereka bahagia.
sampai suatu hari,
wanita itu meraihku, dan melemparkanku ke arah suaminya.
ingin kuberteriak jangan, tapi untuk apa?
apa mereka mendengarku?
wanita itu berteriak,
-kalau kau tak mencintaiku lagi. katakanlah kepadaku. MUNAFIK.
laki-laki itu menyahutinya,
-kau? apakah kau mencintaiku?
wanita itu diam, tapi mau bagaimana?
aku tak bisa berkata dan aku melihat, diriku terpisah, satu dengan lainnya.
sedih. pedih. sakit.
semua jadi satu.
sepasang suami istri itu memungutku satu per satu, mereka sadar.
mereka bersalah, mereka saling memaafkan.
ingin sekali ku berkata kepada mereka, syukurlah.
tapi, aku tak bisa, aku hanya barang pecah-belah.
sekarang aku sudah terbelah-belah.
di dalam kantung plastik sampah yang akan dibwa ketempat penampungan akhir sampah.
di dalam truk itu aku melihat toko tempat aku dibeli dulu.
aku tersenyum, toko itu masih berdiri.
dan sekarang lebih ramai.
aku ingin meloncat keluar dan bersorak.
tapi, aku barang pecah-belah.
apa yg bs aku lakukan?
andai aku manusia, apa yang akan aku lakukan?
apa yang akan aku lakukan pada barang pecah belah?